Pages

Subscribe:

Thursday, May 30, 2013

Tugas IBD Manusia dan Pandangan Hidup

Sikap Hidup Etis.

Modernisasi tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat, tapi juga negatif. Minimal, dampak negatif itu terungkap dalam sikap orang menghayati hidup dan membangun relasi dengan sesamanya. Bila dicermati, sikap yang lebih ditonjolkan oleh manusia modern adalah perilaku tidak etis berupa sikap kasar, suka berbohong, angkuh, kaku, pasif, merendahkan martabat diri dan orang lain, serta apatisme sosial yang luar biasa. Dengarkanlah omongan mereka.Kata-kata yang sering terdengar lebih banyak berbentuk umpatan, bernada kasar, serta menyakitkan. Dalam pergaulan, mereka juga bersikap tertutup terhadap orang lain yang tidak satu kelompok atau sekeyakinan dengannya. Pengiyaan atas filosofi sektarianisme ke-kami-an menjadi akar dari sikap kaku dan eksklusif ini.
Tidak hanya itu. Tren degradasi humanitas menjadi pemandangan lain dalam perilaku manusia modern. Ketika tidak senang dengan orang lain, solusi yang ditempuh adalah menghabisi nyawa pihak yang tidak disenangi itu secara sadis. Sikap negatif lainnya adalah ketidakpedulian terhadap situasi sosial sekitar.
Contoh paling jelas adalah, bagaimana orang menggunakan alat komunikasi bernama telepon seluler. Teknologi komunikasi ini membuat orang modern tidak lagi mampu membedakan, mana ruang publik dan mana ruang privat. Celaka bahwa ruang publik dianggap sebagai ruang privat dan ruang privat telah dijadikan sebagai ruang publik. Karena itu, banyak orang tidak merasa malu dan risih urusan pribadinya dipertontonkan di depan publik, bahkan mereka merasa hebat melakukan hal itu.
Ketidakpedulian pada sikap-sikap tidak etis di atas, sadar atau tidak, bertentangan dengan hakikat manusia sebagai makhluk berpikir dan berhati nurani. Menurut Paul F Fersthoefel dalam artikelnya berjudul The Uniqueness of Human Beings, sikap etis justru memberikan nilai pada tindakan manusia, yakni nilai personal dan nilai sosial. Bernilai personal, karena sikap etis mengungkapkan pribadi yang bersangkutan. Bernilai sosial, karena melalui tindakan itu seseorang mengungkapkan jiwa sosial kepada orang lain.
Kesadaran Moral

Pertanyaan tentunya, apa itu bersikap etis? Manakah sikap-sikap etis yang dimaksudkan? Sikap etis terkait dengan kesadaran, tepatnya bentuk kesadaran moral yang dinyatakan dalam tindakan dan tingkah laku positif.
Menurut penulis, sikap-sikap etis itu meliputi beberapa nilai.
Pertama, kejujuran. Kejujuran bersumber dari dalam diri. Orang jujur adalah orang yang hidup menurut hati nuraninya. Orang seperti ini hidup sebagaimana adanya. Ia tidak mengumbar sandiwara dalam hidup dan tidak pula suka umbar janji. Ia justru mengatakan sesuatu menurut dorongan suara hatinya dan melakukan apa yang diucapkannya secara konsisten. Hidupnya tulus ikhlas.
Kedua, rendah hati. Sikap rendah hati tidak menonjolkan diri dalam pergaulan sekalipun kemampuan, seperti: kepandaian, kedudukan sosial, dan materi melebihi orang lain. Orang yang berperilaku baik seperti ini mau menghargai dan menghormati yang lain, sebagaimana adanya. Ia juga hidup dalam kesederhanaan sekaligus tahu membatasi diri, serta mampu menerima kritik dari orang lain, karena baginya kritik merupakan masukan berharga dan langkah untuk maju.
Ketiga, kelembutan hati. Kelembutan merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta yang besar terhadap sesama manusia. Internalisasi sikap ini justru membuat seseorang peduli terhadap perasaan orang lain. Kepedulian terhadap perasaan orang lain bersumber dari empati yang mendalam. Banyak ahli etika mengaitkan sikap etis ini dengan sifat ramah, sopan, dan sederhana dalam relasi sosial. Artinya, orang yang lembut hati menunjukkan kebaikan dan sopan santun serta kesederhanaan di hadapan sesamanya.
Keempat, ketenangan jiwa. Orang yang menginternalisasikan sikap ini terlihat dalam kesabaran, ketabahan, dan kehati-hatian dalam menghadapi masalah atau keadaan. Saat berhadapan dengan semua hal, ia tidak tergopoh-gopoh, melainkan berusaha untuk mempertimbangkan segala efek keputusannya. Sikap ini memang tidak terlepas dari kondisi batin seseorang. Orang yang memiliki sikap ini, menurut Aristoteles, mampu hidup bahagia, karena sikap rakus, gila kekuasaan, gila hormat, dan gila harta menjauh. Ia, justru bisa menjaga jarak dari semua hal tersebut dan mampu mengendalikan hasratnya.
Keberanian

Kelima adalah keberanian. Orang yang berani, memiliki ketegasan dan kuat menantang masalah yang dihadapi bagaimanapun sulitnya. Modalnya adalah pendirian teguh, keyakinan, dan kebenaran. Sasaran sikap berani bukan saja diri sendiri, juga keburukan dan masalah yang muncul dalam masyarakat. Artinya, seorang pemberani tidak hanya mampu mengatasi kelemahan dirinya, melainkan juga berjuang untuk mengatasi penyakit dalam masyarakat berupa ketidakadilan sosial.
Keenam, merasa bangga. Sebagaimana sikap berani, rasa bangga juga terarah pada diri dan orang lain. Artinya, orang yang memiliki sikap bangga berani mengakui kelebihan dirinya dan berani pula mengakui keberhasilan orang lain. Sebagai anggota masyarakat, orang seperti ini selalu berpikir positif terhadap situasi masyarakatnya. Ia berupaya menunjukkan partisipasi maksimalnya dalam hidup sosial.
Ketujuh, kelincahan. Orang yang memiliki sikap ini mampu bergaul secara luwes. Orang seperti ini bisa beradaptasi dengan orang lain dan situasi atau tempat di mana ia berada. Sikap lincah ini justru membuat orang pandai melihat, memperhatikan, dan mengenal pribadi yang lain. Tujuan sikap ini adalah keseimbangan dan keserasian dalam pergaulan. Tidak hanya itu, sikap ini juga mengembangkan kepedulian terhadap orang lain.
Fenomena sosial manusia modern yang cenderung semakin destruktif, internalisasi sikap-sikap etis di atas, tampaknya membutuhkan perhatian yang lebih serius. Ranah-ranah sosial, seperti: keluarga, sekolah/kampus, dan institusi keagamaan, menjadi tempat utama menghidupkan sikap-sikap etis itu. Kepedulian kita untuk membangun sikap-sikap etis seharusnya menjadi bagian dari upaya kita untuk mengatasi keterpurukan hidup dalam masyarakat.Sikap Hidup Non Etis.


Nonetis. Berasal kata Non dan Etis.
Non berarti "tanpa", Etis berarti "penilaian baik dan buruk".
Nyatalah betapa Sosiologi sebagai suatu sains modern mestilah bersifat bebas nilai atau "value free". Sosiologi memaparkan objeknya yaitu society [masyarakat] secara empiris, apa adanya, realistis, faktual/positif, dan memberikan data yang dapat dicek kebenarannya [validitas data] berdasarkan kemampuan manusia dengan menggunakan metoda berpikir yang induktif [bukan deduktif/konsep-konsep atau asas-asas apriori.

0 comments:

Post a Comment